Taman Suropati di Pagi Hari
Sinar matahari memang tak langsung menyentuhku. Gagahnya pohon-pohon yang mengelilingiku ini membuat garis sinar matahari patah dan melengkung kesana kemari, berusaha menyentuhku sampai ke bawah. Sinarnya yang cerah telah membangunkanku dari hari kemarin yang terlalu melelahkan. Namun indahnya pagi terlalu sayang untuk dilewatkan.
“Tuk, tuk, tuk,” bunyi langkah kaki Pippo. Merpati yang selalu bangun paling pagi disini. Walaupun ketika ia melangkah tidak ada bunyi yang tercipta, aku lebih suka menyebutnya “tuk tuk tuk”. Langkah Pippo seakan membangunkanku. Sedikit sakit sih ketika ia melangkah kesana kemari, menginjak saudara-saudaraku yang lain. Namun aku dan saudaraku senang kalau ia melangkah, karena tanda-tanda kehidupan muncul!
Seperti pagi-pagi biasanya. Selalu sepi disini. Tidak terlalu banyak yang mau datang kesini. Bersebelahan dengan kantor-kantor pejabat yang berdiri angkuh disekelilingku, keberadaanku dan teman-teman disini seakan hanya formalitas. Agar setidaknya ibukota ini punya taman kota. Miris memang. Walaupun begitu, aku selalu berjuang setiap hari. Melawan polusi dengan melakukan fotosintesis setiap hari, walaupun tidak seberapa.
Ini sudah umurku yang ke 15. Dari kecil aku hanya berharap aku bisa bertambah tinggi setinggi pepohonan, namun sepertinya tinggiku hanya segini-segini saja. Aku tak pernah seberuntung pohon beringin yang dapat melihat keadaan taman secara keseluruhan. Maka hari ini, aku memutuskan untuk berpetualang bersama Pippo. Aku memintanya untuk mencabutku dan mengajakku berkeliling taman.


xoxo.
N.S.A.
Comments