I love travelling since I was born (haha sounds nonsense) but really! I was very lucky to conquer some parts of USA and Europe in my early age. It's because of my father. He had his master in Pittsburgh and my mother followed him there. Unluckily, I remember nothing. I could just stare on the beautiful printed photos inside every page of some big albums in the house. When I reached the third year of my university, I found an activity that might bring me back to USA. Yes, it was a Model United Nations. It is a simulation of United Nations Assembly. As the name suggests, Model United Nations, or more commonly known as MUN, is an academic simulation of the United Nations. Basically, delegates inside an MUN will act as a representative of a nation state and convey its stances upon certain global issues. Through MUN, delegates will have the opportunity to learn more about diplomacy, public-speaking, critical thinking and also legal drafting. The MUN that I was talking about was Harva
Tepat satu minggu sudah, saya tidak bergerilya. Haha bukan bukan, bukan lagi perang kok. Ituloh, istilah buatan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk kegiatan kampanye-nya setiap tatap muka dengan masyarakat. Duh. Iya, sejak bulan Oktober 2016 tiap hari saya liputan gerilya AHY. Gimana sih rasanya tiap hari liputan hal yang sama selama 4 bulan? Awalnya kirain bakal bosen. Ternyata setelah akhirnya nggak gerilya… Ku menyadari… Rindu itu nyesek yah. Lebay? Sesuai janji, ini nih, ceritanya… --- Bulan Oktober lalu saya mendapat kepercayaan untuk menempel pasangan calon DKI nomor urut 1, Agus Yudhoyono (Mas Agus) dan Sylviana Murni (Mpok Sylvi). Sepertinya kantor tahu saya junior-nya Mas Agus di SMA Taruna Nusantara (yaa meski terpautnya jauh banget sik 13 tahun!) Sehingga diharapkan saya bisa cepat dekat dengan Mas Agus secara personal. Saya sempat khawatir tidak bisa objektif dalam membuat berita. Tetapi kemudian saya yakinkan (cielah yakinkan, bahasa AHY banget) bahwa saya
Sebuah tulisan refleksi dari seorang alumni. Jujur, perlu waktu beberapa jam untuk memahami berita tewasnya seorang adik siswa SMA Taruna Nusantara. Hingga saat ini pun masih sangat sulit untuk mempercayai hal ini. Lebih tepatnya, batin saya menolak untuk percaya. Ketika mendapati informasi bahwa aparat kepolisian telah turun tangan menangani proses penyidikan, barulah saya mau menelan pil pahit ini. Meski rasanya... lebih dari pahit. Entah kata sifat apa yang bisa menggambarkan perasaan yang sebenarnya. Kaget, sedih, kecewa. Semua larut dan bergolak dalam jiwa. Awan tebal menyelimuti relung kalbu saya. Memang, saya tidak kenal dengan adik yang menjadi korban ini. Tapi rasa memiliki kami sebagai alumni terhadap almamater sangat kuat. Rasanya seperti adik sendiri. Bagaimana tidak, kami semua pernah merasakan ditempa di kawah candradimuka kampus biru SMA Taruna Nusantara, sekolah yang digadang-gadang menghasilkan pemimpin bangsa. Kami semua berjuang melewati hari tanpa orang tu
Comments