Tak Hanya Bangkit Tapi Bergerak
Pada tanggal 21 Mei, tepat 19 tahun silam,
Presiden Soeharto lengser.
Momen ini menandakan kebangkitan bangsa
Indonesia dari era korupsi, kolusi, nepotisme yang menyedot rakyat ke lubang
limbo. Jika kalian menonton film “Inception” karya Christopher Nolan, maka
limbo digambarkan sebagai sebuah ruang gelap dimana seseorang terperangkap
dalam mimpi buruk dan tidak bisa lagi keluar dari ruangan tersebut.
Tidak. Kita tidak mau dan tidak akan berdiam di
ruang itu. Kita telah memperjuangkannya setengah mati untuk bisa mewujudkan
cita-cita hidup di tengah peradaban yang madani. Namun sayang, banyak orang
yang terlanjur nyaman dengan situasi ber-KKN-ria. Berbagai cita-cita untuk
kepentingan kelompok ingin dicapai tanpa usaha yang hakiki. Padahal seharusnya,
angan dicapai dengan usaha. Sebagai insan manusia, baiknya kita berbuat sesuatu
sesuai dengan bidang yang kita geluti untuk kemudian berbagi dengan yang belum
memiliki.
Menyadur pidato Presiden Joko Widodo saat
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional 2017, dikatakan olehnya bahwa saat
ini negara lain sedang mengembangkan teknologi ruang angkasa, mengurangi
kemacetan dengan Hyperloop (lalu lintas bawah tanah) sementara kita masih
berkutat dengan sikap terlalu perasa, yang menimbulkan prasangka. Sangat disayangkan
jika energi kita dihabiskan untuk saling menghujat, saling menyindir satu sama
lain.
Pada lirik lagu Anganku-Anganmu yang
dinyanyikan Raisa dan Isyana, ada lirik yang baik sekali:
Setiap katamu cerminan
hatimu
Jadikan berarti
Jangan sia-siakan
waktumu tuk membenci
Satu jadikan tujuan
kita
Hilangkan segala
perdebatan yang sia-sia
Berlari ke arah yang
sama bukan masalah
Semua punya ruang
lukis yang kau mau
Karena ceritamu
milikmu
Inilah satu hal yang saya sukai dari musisi. Mereka
mengekspresikan diri lewat karya musik.
Semangat yang sama juga saya saksikan saat
meliput Miras alias Mimbar Bebas besutan Slank. Grup musik penuh lika-liku
pencarian jati diri yang kini cukup keras melawan korupsi. Mereka memanggil sejumlah
aktivis untuk menyuarakan kegelisahan dan solusi mereka terhadap permasalahan
bangsa.
Hal inilah yang menguatkan tekad untuk terus
bergerak dengan Sekolah Jurnalistik Pilar Cakrawala. Bersama teman-teman lintas
media, kami bersama-sama menggodok konsep yang baik untuk berbagi soal bidang
yang kami geluti, jurnalistik. Konsep awalnya adalah bagaimana bisa membantu
teman-teman yang tertarik dengan bidang jurnalistik untuk siap masuk ke dunia
pekerjaan. Kami juga ingin berbagi cara untuk berkomunikasi dengan efektif. Pasalnya,
hal inilah yang kerap menjadi sumber konflik.
Di momen kebangkitan nasional ini, saya
mengajak seluruh anak muda Indonesia untuk stop provokasi. Mari kita fokus pada
prestasi.
Ditulis di Jakarta,
22 Mei 2017
Comments