Suka Duka Wartawan Tempel AHY-Sylvi
Tepat satu minggu
sudah, saya tidak bergerilya. Haha bukan bukan, bukan lagi perang kok. Ituloh, istilah
buatan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk kegiatan kampanye-nya setiap tatap
muka dengan masyarakat. Duh. Iya, sejak bulan Oktober 2016 tiap hari saya
liputan gerilya AHY. Gimana sih rasanya tiap hari liputan hal yang sama selama
4 bulan? Awalnya kirain bakal bosen. Ternyata setelah akhirnya nggak gerilya… Ku
menyadari… Rindu itu nyesek yah. Lebay? Sesuai janji, ini nih, ceritanya…
---
Bulan Oktober lalu
saya mendapat kepercayaan untuk menempel pasangan calon DKI nomor urut 1, Agus
Yudhoyono (Mas Agus) dan Sylviana Murni (Mpok Sylvi). Sepertinya kantor tahu
saya junior-nya Mas Agus di SMA Taruna Nusantara (yaa meski terpautnya jauh banget
sik 13 tahun!) Sehingga diharapkan saya bisa cepat dekat dengan Mas Agus secara
personal. Saya sempat khawatir tidak bisa objektif dalam membuat berita. Tetapi
kemudian saya yakinkan (cielah yakinkan, bahasa AHY banget) bahwa saya adalah
wartawan profesional yang harus netral.
Awalnya ikatan jiwa
korsa SMA ini berpengaruh dalam peliputan saya. Ibarat kata suami istri, saya
dan AHY serta tim-nya sempat berada pada masa honeymoon stage. Saya beberapa kali ikut acara internal AHY yang
tidak bisa diliput. Saya bisa ikut di dalam bus rombongan VIP AHY saat
pendaftaran di KPU DKI Jakarta, dan saya ikut naik ke mobil pawai tim AHY saat
deklarasi kampanye damai.
Memasuki bulan
Desember, suhu politik mulai memanas. Tidak ada keistimewaan yang bisa saya
dapat. Bahkan ada momen dimana saya, di tengah doorstop, dihardik oleh juru bicara Agus, Rachlan Nashidik, akibat
bertanya berkali-kali pada Mas Agus. “Mas, anda sudah bertanya 2 pertayaan
bahkan 3 ya! Yang lain!” begitu katanya sambil menunjuk-nunjuk saya (padahal
kan saya jelas-jelas wanita caem yang seutuhnya yaa). Hiks Bang Rachlan! Baca cerita lengkapnya disini.
Setali tiga uang,
saat meliput Mpok Sylvi pun kerap kali Mpok Sylvi menyindir stasiun televisi
tempat saya bekerja saat berpidato di depan masyarakat “Saya sering tuh di
poto-poto sama Metro, tapi gak pernah liat tayang di tipi” (direkam maksudnya
kali yah). Lalu saat menjawab pertanyaan doorstop,
“Kenapa ya kamu suka nanya yang kayak gini,” ujar Mpok saat saya bertanya soal
gelar perkara dugaan kasus korupsi yang menyeret namanya. Bahkan mpok sempat kabur pas saya wawancara. :(
Hari-hari selanjutnya diwarnai dengan situasi batin yang tidak mudah. Namun pertemanan yang saya temukan di kalangan wartawan membuat saya merasa lebih tenang.
Suasana Elitis
Matahari perlahan
datang menggantikan awan yang sejak subuh mencipta sendu. Tanggal 15 Februari pukul
09.30, akhirnya AHY dan istrinya Annisa Pohan melangkah keluar rumah, mencoblos
di TPS 06 Rawa Barat, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Entah kenapa ada yang
berbeda. AHY terlihat tidak yakin. Ekspresinya datar masam. Sepertinya ia sudah
memprediksi. Tidak akan melaju lagi.
Waktu berputar dan
berputar hingga akhirnya gelap tergelar di langit malam. Hasil hitung cepat menunjukkan
suara yang didapat AHY tidak mencapai 20%. Padahal ada survey memprediksi
ia bisa membukukan hingga 47% (sigi GRP). Sementara survei lain seperti Litbang
Kompas, Indo Barometer, Indikator, Charta Politika, meski memposisikannya di
urutan buncit, persentasenya raihan suara diprediksi bisa dibukukan di sekitar 20%. Sangat disayangkan,
pasalnya AHY didukung 4 partai politik yang masing-masing mempunyai basis cukup
besar. Sebut saja PPP, PKB mereka punya massa yang loyal. Sementara Demokrat
punya 10 kursi di DPRD, menggambarkan kekuatan yang tidak sedikit.
Sejumlah pengamat politik
memprediksi, AHY menyasar segmentasi yang sama dengan Anies. Sentimen yang
berusaha disentuh juga sama: tidak menggusur, ekonomi berkeadilan, religiusitas.
Sementara Anies mempunyai kemampuan retorika yang lebih baik dan pengalaman
yang lebih teruji. Hal inilah yang membuat masyarakat usai debat kedua, mengalihkan
dukungannya ke Anies.
Kami sebagai wartawan
yang mengikuti kegiatannya setiap hari juga menyadari bahwa AHY lebih sering
berada di lingkungan relawan. Sepertinya mesin partai tidak bergerak dengan
maksimal. Di sisi lain, cara peliputan kami harus mengikuti gaya birokratisnya.
Saat gerilya, AHY selalu dijaga oleh ajudannya. Kami tidak boleh berada terlalu
dekat dengan AHY. Kalau sampe kedeketan, biasanya mereka tidak segan menegur
atau bahkan mendorong. Saat makan siang, jangan harap bisa berbincang. Satu
meja saat gerilya saja tidak pernah... Ya mungkin dia mau fokus ke masyarakat…
Gitu aja sih positif thinkingnya.
Kalau menilik jalan hidup
AHY, dia sempurna banget sih. Selalu berada di lingkungan pendidikan terbaik. Tapi ternyata masyarakat ibukota sudah sangat rasional. AHY harus lebih
mengasah lagi pengalamannya di birokrasi. Sebagai wartawan nempel, kami sedih
harus berpisah dengan teman-teman di liputan zona nyaman.
Menemukan Teman
Kami menyebut diri
kami “wartawan embedded AHY-Sylvi” yang tiap hari meneror pasangan calon nomor
urut 1 tersebut dengan pertanyaan seputar program, seputar masalah ibukota,
seputar kejombloan Gita dan Delvi. Hmm, saya perkenalkan yaa...
Pertama, Nadya
Kartika Tv One. Kau dapat kehormatan dikenalin pertama beb. Soalnya kita kembar
nama! Tapi dia pake y ya saya pake i (penting abis). Orang ini awalnya sering
banget ditugasin kantornya untuk liputan di AHY Sylvi. Tapi kesininya malah
jarang-jarang. Tapi tetap, infonya kenceng dan gak pelit bagi-bagi. Anak
tunggal penguasa Jakarta Timur ini seksi dokumentasi yang suka bawa SLR
andalannya di tempat liputan asoy. Misalnya pas di Pulau Seribu dan Dufan, jadilah kita
photoshoot disana hahaha. Dia juga suka sweet,
salah satunya saat dia bawa mobil APV pas kita ke Dufan padahal biasanya bawa
Jazz kecil. Katanya, dia udah prediksi bakal ada banyak yang mau numpang… Unch!
Gita Hermanda SCTV.
Ini anaknya paling hebring dan mudah merasa excited.
Dia juga yang paling menye menye serta ekspresif. Gita paling nyentrik deh kalo
liputan tapi ku suka gayanya! Kita juga suka sok-sokan jadi fashion police, ngeliatin IG fashion blogger atau selebgram atau
artis atau mimi peri dan meghina dina. Ya padahal sirique aja. Salah satu
bentuk aktualisasi diri Gita yang hakiki adalah liputan nobar di posko
pemenangan pake kacamata hitam dengan rantai cantolan buah-buahan. Padahal itu
lagi acara nobar yha which is nobar debat itu malem-malem. Gak ada panas atau
unsur silau matahari yang membutuhkan kacamata hitam gituloh. YHA DE SUKAK
SUKAK KAU AJA GIT.
Delviana Azari NET TV.
Anak ini emang bener-bener paling jujur. Dia bisa mengungkapkan suatu hal yang
kita semua sepakati, tapi gak ada yang berani ngomong. Misalnya saat kita tiba
di lokasi kampanye Mpok Sylvi, sementara si pengantin belum juga datang… Delvi
akan ngomong di grup “Media AHY-Sylvi” dengan “Mpok dimana ya? Warga udah mau bubar nih.” Eh nggak sih itu versi ngomong
di dunia nyatanya, chat-nya “Mpok oh mpok where are you?” wkwkwk. Delvi pokoknya
paling lugas tapi ternyata menye juga pas hari-H pencoblosan… Dia yang biasanya
pulang paling on time, eh hari itu kita pulang bareng jam 7 malem, nungguin AHY
di Mega Kuningan.
Fanni Imanniar
CNN Indonesia TV. Kakak satu ini idola kita semua. Gak nyangka banget dengan
perawakannya yang 11-12 sama Cita Citata, dia sudah beranak dua... Keren ya! Saya
belajar bagi waktu sama si kakak. Soalnya kan jurnalis jam-nya suka undpredictable tapi juga harus tetap mastering
domestic job di keluarga. Kak Fanni selalu masuk sore, jadi kalau saya lagi
rajin ikutin agenda AHY Sylvi sampe jelang maghrib, pasti ketemu si kakak yang
riweuh siapin materi live xixixi. Dari Kak Fanni banyak saya temukan kata-kata
ajaib seperti “malih” “boi” “laki-laki durjana” entahlah mungkin karena kita
agak beda generasi kak. *peace *kabur
Minanty Rochanta
Metro TV. Ini partner embedded satu kantor. Awalnya Minanty jarang nempel
agenda AHY Sylvi, tapi lama kelamaan sering juga. Di satu bulan terakhir,
akhirnya kita nempel bareng dalam satu hari. Jadi saya nempel agenda pagi, lalu
Minanty yang sore. Momen yang bikin kangen itu pas debat. Selama 3x debat, kita
selalu riweuh deh. Shift pagi si Minanty pasti nunggu di depan rumah Mpok Sylvi
lalu disambung aku di rumah Pepo di Mega Kuningan. Soalnya, mpok pasti ke rumah
Pepo dulu, baru ke lokasi debat di Bidakara. Minanty itu orangnya selalu bawa
ketawa. Kayaknya stok ketawanya gak habis-habis. Beda banget sama saya yang
panikan… Wkwk.
Lalu teman-teman
online Aulia Bintang Pratama CNNIndonesia.com, Anwar Sadat VivaNews.com, Kahfi
Dirga Cahya Kompas.com, Maulana Gibran Detik.com, Bomantama Rizal Tribunnews.com. Saya
beruntung sekali punya teman-teman yang selalu lempar transkrip wawancara dengan
murah hatinya di grup. Kalau Bintang, dia selalu ikut agenda dari subuh sampe
isya… Jadi saya bisa tahu omongan Mas Agus meski lagi libur. Kalau Sadat
magnet, soalnya banyak yang ajak selfie. Terus kalau Kahfi itu tempat nitip
kalo mau nanya yang susah-susah. Sementara Gibran dan Rizal itu jujur suka
kebalik awalnya. Ada juga temen-temen TV Mbak Fyra Kompas TV, Vidi Kompas
TV, Bang Teddy CNN Indonesia TV, Mutiara Kompas TV, Rikki dan Ryan MNC TV, Leovina Jawapos TV, Ayu dan Lambang RTV dan radio ada
Inez dan Arief Sonora, Anto Elshinta. Kenangan sama kalian itu bener-benar tak
terlupakan.
Last but not least, seluruh juru kamera yang pernah jadi partner saya saat gerilya terutama Kak Ayudiana Alfiana yang nempel juga dalam beberapa bulan terakhir gerilya. Juru kamera handal yang terus stok bahagianya gak
habis-habis. Penghargaan terbesar kunobatkan untukmu yang telah sabar mengambil
gambar-gambar apik selama gerilya. Tidak terhitung berapa kali longshiftnya,
panas-panasan sampe kehujanannya. Tapi sampe mobil pas pulang, tetap bisa
karokean haha. Pas hari-H sih yang paling gongnya yah. Live patching pake TVU (alat
kirim gambar untuk siaran langsung) yang digendong, terus langsung lanjut
doorstop sambil tetep gendong TVU. KAMU KEREN! Jutaan terimakasih tak cukup
huhu. Love you kak!
Kalau kata Tulus di Monokrom, “dimanapun kalian berada, kukirimkan
terimakasih. Untuk warna dalam hidupku dan banyak kenangan indah… Kau melukis
aku.”
*mewek lagi*
Udah ah.
NSA
22 Februari 2017
Comments
Download: Titanium App (Android, iOS and babyliss pro nano titanium straightener Windows) smith titanium on can titanium rings be resized Google titanium hip Play, a leading provider of premium games & titanium white dominus service, an