Belajar dari Nagreg
Kita masuki
seri kedua tulisan “Menapaki Jejak Cileunyi, Nagreg, Garut, Bandung” dengan
judul “Belajar dari Nagreg”. Pada hari ketiga jelang lebaran, kami menuju ke
pusat masalah di jalur selatan selama arus mudik: Nagreg. Kami bermalam di
tempat langganan biro Bandung setiap tahun, sebuah penginapan dengan arsitektur
dan suasan jadul bernama “Al Madiniyah”. Suasananya sangat asri! Saya berasa
lagi liburan di vila di Puncak. Sayang, gak sempat ambil foto disini. Saya
terlalu menikmati suasana dan keakraban dengan tim disini.
Bisa
belajar apa dari Nagreg? Yang paling utama, belajar menghayati laporan saya.
Untuk pertama kalinya saya mencoba laporan real time, alias laporan berdasarkan
pandangan mata langsung saat sedang live. Biasanya saya sudah menyiapkan naskah
setidaknya setengah jam sebelum live. Tetapi saat itu keadaan jalanan sangat
dinamis, saya pikir macet eh ternyata lancar. Saat saya standby di depan kamera
15 menit sebelum on air pun, arus lalu lintas bisa berubah. Maka jadilah saya
merancang dua kemungkinan: jika macet dan jika lancar.
Saya juga
belajar membuat live on tape dari Kak Fazilah Khairunnisa, senior saya satu
angkatan di atas. Dari Kak Fazilah saya belajar bahwa setiap reporter mempunyai
gaya mereka sendiri dalam menyampaikan laporan ataupun liputan. Kita tidak bisa
menyamakan metode yang dipakai seorang reporter dengan yang lain. Maka ia
menyarankan saya untuk mencoba semua cara terlebih dahulu, dan nantinya akan
menemukan yang paling cocok yang mana.
Live report
pertama, dari Cileunyi lihat disini
Live report
kesekian kali, belajar real time pertama di Nagreg lihat disini
Salam
semangat, Nadia Atmaji
Comments