Jatah Umur Berkurang


Tanggal 6 Maret 1993, pemilik blog ini lahir ke dunia. Iya, ini post tentang ulang tahun ke 21 saya.

Dari tahun 2010, sampai tahun 2013, hari ulang tahun saya semakin lama semakin sepi. Tidak ada lagi surprise ulang tahun yang datang seperti di awal kuliah saat masih menyandang status mahasiswa baru. Tidak terlalu banyak BBM yang masuk (mungkin karena semua udah hijrah ke LINE dan saya tidak aktif di LINE). Belum ada kado yang saya terima (positive thinking aja mungkin kadonya nyusul taun depan) WAKAKAK.

Mungkin karena saya tidak banyak punya teman yang benar-benar teman, ya seperti peer-group begitu. Saya sendiri menyadari kalau saya tidak terlalu piawai menjaga pertemanan. Saya masih terus belajar dan jujur saya mengagumi mereka yang punya seseorang yang mereka panggil sahabat sejak mereka sekolah dasar atau orok (sejak orok udah whatsappan).

Sahabat sejati saya hingga saat ini ya kakak saya dan saudara saya. Annisa dan Yona. Ini juga bisa terjadi karena kita punya ikatan darah dan batin. Mungkin kalau saya tidak punya saudara, saya akan menjadi manusia penyendiri yang tidak punya sahabat. Ini bukan berarti saya tidak punya teman sama sekali. Maaf, teman saya sangat banyak. Tapi untuk dipanggil sahabat, saya kadang tidak yakin mereka bisa saya panggil seperti itu/mereka akan menoleh ketika saya panggil seperti itu.

Meskipun di saat kuliah ini saya mempunyai beberapa teman yang selalu menjadi tempat peraduan ketika mengalami kesulitan dan ketika menjalani masa bahagia, kami tidak terlalu sering bertemu di luar kampus. Walau begitu, mereka orang yang selalu saya cari di kampus. Lagi dan lagi, saya terus belajar menjaga mereka dan merasa sangat beruntung bisa mengenal mereka.

Definisi teman, sahabat memang berbeda. Menurut saya perbedaan definitif yang paling jelas adalah, sahabat adalah seseorang yang cukup beruntung untuk mendengarkan berita baik dan berbagi suka serta cukup buntung untuk menemani di kala sulit. Ia harus selalu ada dan tidak boleh bosan mendengar curhatan galau kita yang itu-itu saja. Setidaknya itu menurut saya, berdasarkan pantauan sosial dan membaca novel teenlit. Sedangkan teman ya seseorang yang kita cukup kenal saja namanya, info-info mendasar yang kita tahu ketika dia update twitter atau Path (padahal saya tidak punya Path).

Suatu hari saya pernah bertukar pendapat dengan salah seorang teman yang cukup dekat saat SMA (lagi-lagi saya ragu untuk menyebutnya seorang sahabat). Ia berkuliah di luar negeri dan kami selalu menyempatkan bertemu ketika ia pulang ke Indonesia. Tidak perlu diragukan, saya lah orang yang wajib ia temui sesampainya ia di Indonesia. Apakah ia terdaftar dalam daftar sahabat, saya tidak bisa mengatakan ya karena selepas ia kembali berkuliah di luar negeri lagi, tidak ada kontak yang berarti di antara kita berdua. Saya pernah mengirimkan email dan mencoba untuk berkomunikasi dengannya. Ia membalasnya dalam jangka waktu sekitar 1 bulan, kemudian saya membalasnya lagi dan ia tak lagi membalas. Mungkin kesibukan yang membuatnya lupa untuk sekedar mengabarkan kehidupannya saat ini. Tapi bukankah sahabat seharusnya tidak begitu? Baiklah, saya jadi lupa untuk menceritakan hasil tukar pendapat saya dan dia. Saya dan dia sama-sama menyadari bahwa menjaga pertemanan itu butuh usaha dari kedua belah pihak. Kita tidak bisa menunggu teman/sahabat kita itu untuk mengajak kita untuk bertemu. Terkadang kita yang harus memulainya dan berusaha untuk meluangkan waktu untuknya. Janjian, menentukan waktu, memilih tempat. Tanpa disadari itu adalah sebuah effort yang tidak terlalu mudah. Namun ketika untuk sahabat, tentu justru itu ditunggu-tunggu.

Ini kok jadi ngalor ngidul ngomongin arti pertemanan/persahabatan ya... Maafkan saya... Saya hanya ingin bersyukur kepada Allah SWT karena masih mempunyai teman, sahabat apalah itu yang masih mau menyempatkan untuk bertemu saya dan meluangkan waktu hingga saat ini. God bless you all teman, sahabat!

Foto yang dibuat oleh beberapa teman
saat saya berulang tahun ke-21 kemarin :)
Oke di tahun yang ke 21 ini, saya bersyukur masih bisa bernapas, masih bisa buang air besar dengan lancar (kadang macet juga kalau kurang sayur), masih bisa belajar, masih bisa galau, masih bisa main-main dan hal-hal lainnya. Saya bersyukur telah meraih beberapa pencapaian yang sebelumnya memang sudah saya targetkan maupun yang tidak saya duga-duga. Pencapaian tidaklah harus dalam bentuk sertifikat, ataupun plakat berukir emas. Salah satu pencapaian saya adalah berdamai dengan keluarga saya. Komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam hidup ini. Kalian bisa membuktikan bahwa kalian pandai berkomunikasi di depan publik, namun arti komunikasi  yang sebenarnya adalah ketika kalian bisa menjaga hubungan baik dengan keluarga kalian sendiri. Selain itu, ingatlah bahwa mereka adalah orang-orang yang akan selalu stay.

Di samping itu, saya mulai berani untuk aktif di kelas. Meskipun kehidupan sosial saya di kampus sedikit berkurang, saya bersyukur bisa mendapatkan apa yang saya inginkan di semester ini. Meraih IP 3,84 yang mana hal tersebut di atas target saya yaitu 3,75. Selalu harus ada yang dikorbankan sedikit. Saya meninggalkan organisasi dan memulai suatu hal baru yaitu model united nations atau biasa disingkat maeMUNah. Saya jarang bermain dan cenderung anak rumahan. Sebagai seorang yang sulit menghafal jalan dan sering disorientasi arah, saya sangat bangga dapat pergi ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, mengantar proposal ke Perusahan Gas Negara, beberapa law firm dan ke gedung-gedung lainnya sendiri dengan menyetir mobil tanpa nyasar.

Pencapaian-pencapaian itu mungkin tidak penting untuk beberapa dari kalian. Tetapi saya belajar bahwa masing-masing orang mempunyai jati dirinya. Tidaklah berguna membandingkan prestasi diri sendiri dengan orang lain kecuali untuk memotivasi diri. Ketika hal tersebut justru membuat diri kita menjadi rendah diri, sungguh merugi lah kita!

Sudah 21 tahun, sudah banyak kondangan yang saya hadiri.

Kakak saya, Yona dan saya

Kakak saya, ayah saya, ibu saya dan saya
Sejak pertama kali menghadiri kondangan sampai sekarang, pertanyaan yang menghadang terus berubah. Kalau dulu "Sekarang sekolah dimana Nadia? Sudah besar ya.. Dulu masih digendong" (yaiyalah masak segede babon masih digendong). Sekarang "Wah udah semester 8 ya, kapan nih undangan ke rumah tante?" (yaduh tante, jodohnya aja lagi nyangkut dimana). Yang jelas pertanyaan yang tidak pernah berubah adalah, "Loh kamu adiknya to, dikirain kakaknya...." (ya kalo ini emang nasib aja sih punya kakak kering kerontang, hiks padahal ia sudah minum appeton weight gain *ups bukan blog berbayar).

Bertambahnya umur juga dapat diindikasikan dari banyaknya "perkakas" dan "perabotan" yang dipersiapkan sebelum berangkat kondangan, alias make-up. Berbekal alat rias seadanya, saya belajar mempercantik diri saya. Dahulu saya cuman pakai bedak dan lip gloss. Tidak peduli dengan bentuk alis  yang seadanya dan pipi besar yang ukurannya dapat dipersamakan dengan bakpau daging yang sering dijual di pinggir jalanan ibukota yang macet.

Saya dan kakak saya bersama-sama dalam perjalanan untuk menemukan cara agar diri kita terlihat lebih cantik. Ini tidak terdengar menyedihkan, tapi ini tuntutan sosial! Cantik memang tidak hanya dilihat dari parasnya saja, namun saya belajar bahwa terlihat cantik secara fisik adalah bentuk apresiasi terhadap diri sendiri (selain jadi bisa dipamer-pamerin sama orang tua).

Saya bersukur saya pernah bersekolah di Taruna Nusantara, karena gemblengan para pamong (guru) dalam hal fisik, bentuk tubuh saya kini membuat saya lebih percaya diri. Kalimat yang pasti saya dengar ketika di kondangan adalah "Ini Nadia? Dulu kayaknya gendut banget, kamu diet ya? Langsing yaa sekarang". Honestly, saya merasa lebih percaya diri dari saat saya SD, ketika saya dipanggil Giant (bahkan bukan Jaiko), dan ketika saya SMP. Namun saya tidak merasa diri saya sekarang sudah sempurna, cantik dan maha anggun. Oh tidak, saya masih belajar untuk menjadi wanita anggun dan kejawen. Halah. Setidaknya pilihan baju menjadi lebih banyak dan beberapa baju kakak saya menjadi muat untuk saya pakai.

Saya juga tidak berkata bahwa sekarang saya pintar berdandan. Oh tidak juga, saya masih terus belajar dan follow instagram make-up tutorial. Saya juga bangga karena yang saya raih saat ini bukanlah sekedar cinta satu malam *eh. Maksudnya, bukanlah sesuatu yang saya capai secara instant. Sekarang saya tidak serakus dulu, mengembat makanan kakak saya yang tidak habis. Saya makan tetap 3x sehari dengan nasi merah, karena ketika saya mencoba diet OCD (obsessive compulsive disorder) *loh bukan, maksudnya diet Deddy Corbuzier itu loh, saya langsung tepar dan masuk rumah sakit hiks. Saya sempat nge-gym sih 1 tahun, tapi abis itu berhenti karena nunggak terus bayarnya, gak mampu cyin. Yaudah deh hidup sehat aja, lari pagi tiap hari Minggu dan minum susu untuk tulangku.

Eh iya, baju yang dipakai kakak saya dan saya di tiap kondangan itu desain ibu saya dan kakak saya loh! Bagus nggak sih? Kita dari dulu tuh mau bikin butik tapi belum percaya diri dan menemukan konsep yang pas. Doakan yah teman-teman! Oh doakan juga saya cepat menemukan cita-cita saya..... Saya juga akan doakan kalian mendapat pekerjaan yang kalian cintai! Susah loh. Saya hingga sekarang sangat mengidolakan mereka yang bisa menemukan passion-nya sehingga berani ambil kuliah tata rias, tata boga, tata dado *loh. 

Itu aja sih kayaknya yang harus disampein di ulang tahun ke 21 ini. Walau saya yakin euy gak ada yang peduli juga HAHA. Terimakasih sudah baca postingan saya hingga saat ini! :)

XOXO,
NSA.

Comments

Ntah kenapa, ini isinya banyak banget sama yang kayak di pikiran gue, you make my thought into words that I can't even tell Nad. Nice post
Nadia Atmaji said…
@Izzah: Alhamdulillah thank you Izzah! Bagian mana yang sama kayak di pikiran lo? Ahaha.

Popular posts from this blog

Best Delegate in TEIMUN 2014: Have Faith, It Will Lead You Anywhere You Want

Suka Duka Wartawan Tempel AHY-Sylvi

Jadikan SMA Taruna Nusantara Hebat Kembali