Blind Dog in a Meat Market

"I won't be in Penn 'till next Monday. We'll meet Tuesday."

"Excuse me sir, I have to interview one of an expert at that day.."

"Okay, let's figure it out next week. We can reschedule the session."

---
"Vina, let's meet tomorrow. 10AM. Sharp."
YES!

Pada akhirnya, setelah berulang kali merancang pertemuan dengan orang itu, Vina akan bertemunya lagi setelah Chapter 3 thesis-nya terbengkalai tanpa revisi. Pennsylvania Libary, jam 10. Malam itu Vina memutuskan untuk tidur cepat, supaya tidak kesiangan esoknya. Tidak boleh ia melewatkan waktu untuk bisa bertemu seseorang yang maha penting itu. Ia tahu orang itu begitu sibuk, begitu pintar, cerdas, kehebatannya menggaung kemana-mana. Ia keturunan Prancis - Indonesia, sehingga terkadang mereka membicarakan sejarah Indonesia. Terutama masa-masa kelam ketika pertumpahan darah dimana-mana terjadi dan kaum Tionghoa diburu-buru pada masa pemberantasan komunis. Vina juga bingung kenapa pada spesifik topik itu mereka sering berbincang dan keberadaan orang itu dengan status dosen hukum internasional pun membuatnya semakin bingung. Setelah menonton film 22 Jump Street yang dibintangi Channing Tatum, Vina sering menduga sebenarnya dosennya ini adalah seorang FBI agent yang mempunyai misi membongkar sindikasi penjualan drugs di kampus-kampus di Pensilvania. 

Vina belakangan tahu dari teknologi bernama mbah google, si maha tahu segala yang pernah terungkap di jagat raya bumi ini bahwa dosen pembimbingnya ini pernah bekerja menjadi diplomat di Indonesia. Berita tentangnya menjalar begitu cepat, bahkan sampai ke kuping teman-temannya di PERMIAS Penn State. Ibarat api yang menari-nari mengejar jejak minyak bensin yang sengaja ditumpahkan berkelak kelok. Mengingat hal tersebut membuatnya bingung, takut. Iya, takut tidak bisa menjawab pertanyaan yang nantinya diutarakan orang itu. Bagaimana Vina harus bersikap? Semuanya akan menjadi terlalu awkard. Bisa jadi karena mereka sudah lama tidak bertemu dan bisa juga karena background check yang dilakukan Vina terhadapnya terlalu dalam. Terlalu banyak yang Vina kini ketahui. "Ah, kenapa juga harus pusing tujuh keliling sekarang, seperti mau bertemu Ryan Gosling saja." ujarnya dalam hati. Vina pada akhirnya memutuskan untuk menata hatinya dan menyusun apa yang akan dilakukannya besok pagi, setelah shalat subuh saja.

---
"Itu, dia!!" Kata Vina dalam hati, disusul dengan degup jantungnya yang kencang. Terlalu kencang, bahkan Vina curiga ia bisa mendengarnya. Tiba-tiba Vina merasa ada kentungan di dalam organ hatinya. Menciptakan tempo yang ritmis namun semakin kencang seiring orang tersebut mendekat. 

Ketika mereka bertemu, Vina kemudian mengutarakan semua hal yang sudah ia rancang dengan runut.

---
Usai pertemuan itu, Vina jadi teringat sebuah idiom yang ia baca pada sebuah poster pertunjukan teatrikal sekelebat pagi ini: "Blind dog in a meat market".

Blind Dog in a Meat Market.
"Tak keruan sekali aku tadi." Begitu bergairah saat bertukar pikiran, setidaknya Vina merasa pembicaraan mereka tadi cukup berbobot. Nafsu bukan nafsu libido atau birahi. Sejenak Vina merasa bangga mereka seperti klik begitu saja.. "Sudah lama tidak merasa begini." Kata Vina, diikuti anggukan hatinya.

*FIN*

Comments

Popular posts from this blog

Best Delegate in TEIMUN 2014: Have Faith, It Will Lead You Anywhere You Want

Suka Duka Wartawan Tempel AHY-Sylvi

Mentoring with Garuda Indonesia's CEO (Mr. Emirsyah Satar)