Andai Aku Menjadi Ketua KPK
Saya pada awalnya ragu untuk memulai menuangkan buah pikiran saya tentang apabila saya menjadi KETUA KPK. Suatu jabatan yang untuk sekedar menyebutkannya saja rasanya berat karena mengemban tanggung jawab yang besar dan penuh rintangan. Mengapa penuh rintangan? Karena kasus korupsi nampaknya tidak kunjung usai, terus menerus muncul, baik di media cetak maupun di radio, televisi, dan ekspektasi masyarakat sangat tinggi kepada KPK untuk memberantasnya. Padahal ini bukan satu masalah yang bisa diselesaikan satu lembaga saja. Namun butuh partisipasi dan peran aktif dari pemerintah dan juga masyarakat. Sebut saja kasus korupsi Gayus, disusul kasus korupsi dalam Bank Century yang entah seperti apa akhir ceritanya, kasus korupsi yang terjadi di kementrian, kasus Wisma Atlet yang menyeret banyak pejabat-pejabat pemerintahan, kasus korupsi pengadaan buku pelajaran, kasus korupsi di kepolisian dan berjuta kasus lainnya yang tak kunjung usai bermunculan. Muak saja rasanya tidak cukup.
Tentu tidak ada warga negara
manapun yang tidak sedih, mengetahui bahwa korupsi telah dianggap sebagai ‘budaya’,
telah dianggap sebagai suatu hal yang telah mengakar dan mendarah daging di
negaranya. Jujur saya sendiri tidak setuju dengan pendapat bahwa korupsi adalah suatu budaya yang telah
mengakar di Indonesia. Karena saya percaya masih ada harapan untuk merubah keadaan yang
memprihatinkan ini. Selalu ada secercah cahaya di balik kegelapan. Ketika kita
prihatin akan keadaan di negara kita, maka yang harus kita lakukan adalah
melakukan sesuatu, yang memberikan dampak positif! Bukannya malah terus-terusan
menyalahkan keadaan. Seperti yang dikatakan Pak Anies Baswedan, “Berhenti mengecam kegelapan, nyalakan lilin”.
Saya tak pernah hentinya
terinspirasi oleh filosofi yang lahir dari tokoh pendidikan kita, Ki Hajar
Dewantara, yaitu: “Ing ngarso sung tulodo
(di depan memberikan teladan), ing madya mangun karso (di tengah memberikan semangat) dan tut wuri handayani (di belakang memberikan dorongan)”. Saya rasa filosofi
ini akan selalu relevan untuk diterapkan oleh semua pemimpin yang ada di dunia
ini. Maka apabila saya menjadi ketua KPK, hal pertama yang akan saya lakukan
adalah saya akan menerapkan filosofi beliau, sehingga saya bisa menjadi
pemimpin yang menjadi teladan, memberi semangat dan dorongan kepada pengikut saya dan kepada masyarakat. Keteladanan,
semangat dan dorongan yang akan saya tunjukkan adalah tentu nilai-nilai positif terutama tentang nilai anti
korupsi yang saya terapkan dalam kehidupan saya sehari-hari.
Kedua, saya akan memberikan
sosialisasi tentang pendidikan anti korupsi dan terus mengkampanyekan nilai anti
korupsi dalam segala lini—baik pada anak sekolah dasar, anak sekolah menengah
pertama dan atas, anak kuliah, hingga orang dewasa yang sudah bekerja. Saya
rasa ini sangat penting karena terkadang korupsi alami terjadi begitu saja dan kejujuran sudah ditinggalkan karena dianggap sudah biasa.. Saat ini korupsi bukanlah hal yang terasa buruk ataupun janggal karena sudah sering terjadi dan dianggap
normal. dan pemikiran seperti ini harus segera dipangkas sedini mungkin.
Di awal paragraf saya
memperlihatkan suatu opitimisme akan pemberantasan korupsi ini. Hal ini
bukanlah opini tanpa dasar, karena rasa optimisme itu muncul ketika saya membaca
suatu artikel tentang komunitas pemuda yang gencar menyuarakan gerakan anti
korupsi yaitu SPEAK (suara pemuda anti korupsi). Kebetulan seorang senior di
kampus saya adalah salah satu anggotanya. Dari beliau saya mengetahui
kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan organisasi tersebut. Mulai dari kajian,
forum group discussion, hingga konser
pemuda yang sarat akan nasionalisme dan sosialisasi tentang anti korupsi. Saya akan
mendukung komunitas pemuda tersebut dan yang sejenis, dengan bentuk kerjasama
dari segi materiil maupun non-materiil. Karena saya percaya pemuda lah yang
menjadi ujung tombak bangsa dan penerus tongkat estafet kepemimpinan di negeri
ini. Maka gerakan yang memunculkan kesadaran akan anti korupsi ini harus
didukung dengan baik agar bisa beraktivitas secara kontinyu.
Ketiga, saya akan mempublikasikan
dengan gencar website Wall of Shame, dimana website ini berisikan daftar nama-nama pejabat beserta fotonya, yang telah terbukti melakukan korupsi
dan besaran yang telah ia korup beserta penjelasan kasusnya. Website ini diharapkan dapat menimbulkan
rasa malu dan menyadarkan para pelaku korupsi ini agar tidak melakukan korupsi
lagi, dan kepada pelaku lainnya yang belum masuk namanya dalam website ini, menjadi takut namanya
terpampang dalam website tersebut dan
menghentikan tindakannya. Jujur, mengenai hal ini saya terinspirasi kepada
negara Cina. Wall of Shame ini
merupakan tembok—ya, tembok secara harfiah—dengan gambar para pejabat di Cina
yang melakukan korupsi. Gambar ini dibuat dalam warna merah, seperti layaknya warna
merah dalam uang kertas di Cina. Aksi ini merupakan inisiatif yang datangnya
dari seorang seniman Cina yang muak akan korupsi yang terjadi di negaranya.
Dan yang terakhir, saya akan mengusut
secara tegas dan berani seluruh kasus korupsi yang ada dan kemudian ketika
telah terbukti dalam persidangan, saya akan melakukan pemiskinan kepada para
orang-orang maupun pejabat yang terbukti melakukan korupsi tersebut, tanpa
ampun. Pada intinya, harta yang telah mereka korupsi harus bisa dikembalikan lagi kepada rakyat. Indonesia memang membutuhkan pemimpin yang benar-benar berani dan tindakan konkritnya harus
dilakukan tanpa gentar.
Korupsi memang mudah sekali terjadi
di era modern zaman sekarang. Zaman yang penuh dengan orang-orang amoral yang
menggunakan kekuasaan untuk melakukan segalanya, untuk meraup harta
sebanyak-banyaknya. Memang benar adanya adagium yang datang dari seorang sejarawan dan politisi asal Inggris, Lord
Acton, “Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely”.
Semoga tulisan saya—seorang pemuda
yang memiliki harapan besar pada bangsa ini—dapat menggungah jiwa-jiwa muda
lainnya yang berpotensi menjadi ketua KPK nantinya untuk memperbaiki keadaan bangsa
yang penuh korupsi ini. Dan mungkin saja menginspirasi untuk langkah yang harus
diambil pada saatnya nanti.
Salam,
Nadia
------------------------------------------------------------------
Anyway, tulisan ini saya ikutkan dalam perlombaan blog yang diselenggarakan @tempodotco dan @KPK_RI. Yuk ikutan juga teman-teman!
Like dengan terlebih dulu klik link menuju tulisan saya: KLIK DAN LIKE LINK INI
Salam,
Nadia
------------------------------------------------------------------
Anyway, tulisan ini saya ikutkan dalam perlombaan blog yang diselenggarakan @tempodotco dan @KPK_RI. Yuk ikutan juga teman-teman!
Like dengan terlebih dulu klik link menuju tulisan saya: KLIK DAN LIKE LINK INI
Comments