Penasaran

Sebenarnya kalau mau lebih peka dan memperhatikan lingkungan sekitar. Ada banyak hal yang bisa dipertanyakan. Dari pertanyaan sederhana semacam "Kenapa ibu saya mudah sekali marah?" kemudian se-retoris "Kenapa wakil rakyat tidak membela kepentingan rakyat?" yang pada akhirnya hanya bisa membuat kita menyunggingkan senyum miris. Bahkan juga pada pertanyaan yang pada akhirnya hanya akan terjawab dengan jawaban "Ya emang gitu kali".



Padahal ketika kita menilik kembali asal-usul ditemukannya alat-alat baik elektronik maupun hal apapun disekitar kita, semuanya berawal dari rasa penasaran dan rasa kritis para penemunya. Seperti Newton yang melihat apel yang jatuh. Apa yang spesial dengan apel yang jatuh dari atas pohon? 

Kemudian bahkan saat Columbus memutuskan untuk berlayar dan kemudian menemukan Benua Amerika. Semua orang pada saat itu mengatakan, "Semua orang juga bisa kalau hanya menemukan benua seperti itu saja!". Kemudian saat Columbus bertanya pada orang-orang itu bagaimana cara membuat sebuah telur dapat berdiri dengan tegak, orang-orang satu persatu mencobanya dan gagal. Setelah itu Columbus memecah telur sehingga membuat keraknya menjadi dua bagian melintang, dan membuatnya dapat berdiri. Seketika orang-orang pun berkata "Ah saya seperti itu juga bisa". Orang-orang itu terbiasa "didikte", hanya "disuapi" saja. Padahal hanya orang-orang dengan rasa penasaran dan rasa kritis yang tinggi saja yang bisa melakukannya. Saya rasa orang-orang berhasil dan orang-orang sukses itu semua mempunyai rasa penasaran yang tinggi. Berbekal satu sifat manusia yang sangat sederhana: Penasaran.


pe.na.sar.an

[a] (1) berkeras hendak berbuat sesuatu (krn kecewa); (2) sangat menghendaki; sangat ingin hendak mengetahui (mendapat dsb) sesuatu; (3) merasa tidak puas; (4) sangat marah (krn dihina, tidak sampai maksudnya, dsb)

Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/penasaran/mirip#ixzz1sOMgbdBR



Penasaran bagaimana rasanya menjadi seorang pemimpin, penasaran bagaimana cara memperbaiki martabat rakyat Indonesia, penasaran memenuhi hasrat pemuasan passion, penasaran-penasaran lain yang tentunya berujung positif. Rasa penasaran saya rasa tidak begitu saja dimiliki setiap manusia. Kadarnya mungkin yang berbeda-beda dan tentunya tidak semuanya berkeinginan untuk memenuhinya.


Bisa juga rasa penasaran lahir dari suatu keingintahuan akan suatu hal yang berelasi dengan urgensi pemenuhan kebutuhan. Pernah mendengar nama Levi Strauss? Atau pernah mendengar jeans Levi's? Ya, jeans sangat terkenal yang sampai saat ini masih menjadi jeans dengan kualitas paling baik itu adalah hasil temuan Levi Strauss. Keberhasilannya pun berangkat dari rasa penasaran untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Saat itu ia sangat ingin dapat bertahan hidup, maka ia mencoba peruntungannya dari tempat kelahirannya Jerman, ke San Fransisco Amerika Serikat dengan menjual celana dengan bahan kanvas. Celana ini hanya diminati para pekerja tambang awalnya. Tak lama kemudian, dipakai secara meluas oleh para pekerja tambang, celana itu terkenal dengan sebutan "those pants of levi's". Kemudian dengan bekal rasa penasaran juga, ia celupkan celana itu pada tinta warna indigo, yang kemudian berwarna seperti jeans-jeans yang ada jaman sekarang. Tak lama kemudian celana jeans Levi's semakin terkenal dan popularitasnya melesat karena celananya dijadikan kostum untuk beberapa film-film koboy. Semua orang di Amerika berusaha memiliki penampilan yang sama seperti jagoannya.


Berbicara tentang penasaran, ada sebuah nama lain juga yang kemudian langsung terbesit dalam pikiran saya. Kalau kamu pernah mendengar nama Thomas Alva Edison, tentu kamu tahu cerita yang melatarbelakangi kesuksesannya. Ya, dia pernah mengalami 9.998 kali kegagalan dalam penemuan lampu pijarnya. Penemuannya akan lampu pijar itu berhasil di percobaannya yang ke 9.999!

Pada saat mencapai keberhasilan ini Thomas Alva Edison sempat ditanya apa kunci kesuksesannya lalu jawabannya adalah "Saya sukses karena saya sudah kehabisan apa yang disebut kegagalan” dan Thomas Alva Edison pun menjawab bahwa dia sudah mengalami 9.998 kegagalan selama bereksperimen, dan kemudian Thomas Alva Edison pun ditanya apakah kamu tidak bosan dengan kegagalan yang telah kamu dapatkan?? lalu Thomas Alva Edison pun menjawab "Dengan hadirnya kegagalan itu, saya mengetahui ribuan cara agar lampu tidak menyala". Suatu jawaban yang sangat terduga dan sangat inspirasional. Bagaimana seorang insan menghabiskan waktunya untuk dapat melewati kegagalan-kegagalan yang ternyata memang membuahkan hasil.

Bagi teman-teman yang sedang melewati masa-masa kegagalan apapun itu, teruslah bersemangat mencoba. Teruslah penasaran. Buatlah trigger yang dapat membuatmu merasa penasaran, sampai pada akhirnya, eureka! You got the answer ;)

source: 
http://www.ripiu.com/article/read/asal-usul-jeans
http://en.wikipedia.org/wiki/Thomas_Edison

NSA.

Comments

Popular posts from this blog

Best Delegate in TEIMUN 2014: Have Faith, It Will Lead You Anywhere You Want

Suka Duka Wartawan Tempel AHY-Sylvi

Jadikan SMA Taruna Nusantara Hebat Kembali